Sunday, January 01, 2012

E-Book : Sang Pelopor



"Bekerjalah, Anakku, sebab semesta menginginkanmu bekerja, bukan menghafal. Mencoba, dan teruslah mencoba, sampai engkau menemukan legenda hidupmu sendiri. Di dalam kemiskinan dan keterbatasan, janganlah kita membuat pembenaran untuk kalah atau menyerah!" ucap Bu Kasmini kepada semua muridnya di Madrasah Kampung Sawah.

"Novel ini harus dibaca oleh para guru, orang tua, juga birokrat yang mengurusi dunia pendidikan kita. Sebagai karya sastra, penggalian tema pendidikannya sangat dalam dan pilihan bahasanya sangat indah. Sebagai inspirasi dan motivasi, sangat nikmat dibaca dan diresapi. Ini novel best-seller! Tak kalah di-banding kehebatan Laskar Pelangi!" Sunardian Wirodono, produser, sutradara, peneliti, dan pengarang Syair Panjang Aceh (Syahie Panyang Aceh).

"Biarlah mereka belajar sambil melakukan, bukan sekadar mem-bayangkan, sebab cita-cita mereka lebih tinggi dari cita-cita kita," kata bapak kepala sekolah menjawab pertanyaan ustadz Fairus tentang modul yang diterapkan di madrasah itu.

Download :
Via Hotfile
ia Mediafire

Tuesday, November 29, 2011

Gaya kepemimpinan menurut falsafah jawa

Ternyata sejak jaman dulu telah banyak diajarkan gaya kepemimpinan atau leadership yang jika dijalankan akan menguntungkan banyak pihak.gaya kepemimpinan yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin menurut falsafah jawa dan sudah ada sejak jaman majapahit seperti ini:
1. Wijaya | Seorang pemimpin harus mempunyai jiwa yang tenang, sabar dan bijaksana serta tidak lekas panik dalam menghadapi berbagai macam persoalan karena hanya dengan jiwa yang tenang masalah akan dapat dipecahkan;
2. Mantriwira | Seorang pemimpin harus berani membela dan menegakkan kebenaran dan keadilan tanpa terpengaruh tekanan dari pihak manapun;
3. Natangguan | Seorang pemimpin harus mendapat kepercayaan dari masyarakat dan berusaha menjaga kepercayaan yang diberikan tersebut sebagai tanggung jawab dan kehormatan;
4. Satya Bakti Prabu | Seorang pemimpin harus memiliki loyalitas kepada kepentingan yang lebih tinggi dan bertindak dengan penuh kesetiaan demi nusa dan bangsa;
5. Wagmiwak | Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan mengutarakan pendapatnya, pandai berbicara dengan tutur kata yang tertib dan sopan serta mampu menggugah semangat masyarakatnya;
6. Wicaksaneng Naya | Seorang pemimpin harus pandai berdiplomasi dan pandai mengatur strategi dan siasat;
7. Sarjawa Upasama | Seorang pemimpin harus rendah hati, tidak boleh sombong, congkak, mentang-mentang jadi pemimpin dan tidak sok berkuasa;
8. Dirosaha | Seorang pemimpin harus rajin dan tekun bekerja, pemimpin harus memusatkan rasa, cipta, karsa dan karyanya untuk mengabdi kepada kepentingan umum;
9. Tan Satresna | Seorang pemimpin tidak boleh memihak/pilih kasih terhadap salah satu golongan atau memihak saudaranya, tetapi harus mampu mengatasi segala paham golongan, sehingga dengan demikian akan mampu mempersatukan seluruh potensi masyarakatnya untuk mensukseskan cita-cita bersama;
10. Masihi Samasta Buwana | Seorang pemimpin mencintai alam semesta dengan melestarikan lingkungan hidup sebagai karunia dari Tuhan/Hyang Widi dan mengelola sumber daya alam dengan sebaikbaiknya demi kesejahteraan rakyat;
11. Sih Samasta Buwana | Seorang pemimpin dicintai oleh segenap lapisan masyarakat dan sebaliknya pemimpin mencintai rakyatnya;
12. Negara Gineng Pratijna | Seorang pemimpin senantiasa mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan pribadi ataupun golongan, maupun keluarganya;
13. Dibyacita | Seorang pemimpin harus lapang dada dan bersedia menerima pendapat orang lain atau bawahannya;
14. Sumantri | Seorang pemimpin harus tegas, jujur, bersih dan berwibawa;
15. Nayaken Musuh | Seorang pemimpin harus dapat menguasai musuh-musuh, baik yang datang dari dalam maupun dari luar, termasuk juga yang ada di dalam dirinya sendiri;
16. Ambek Parama Arta | Seorang pemimpin harus pandai menentukan prioritas atau mengutamakan hal-hal yang lebih penting bagi kesejahteraan dan kepentingan umum;
17. Waspada Purwa Arta | Seorang pemimpin selalu waspada dan mau melakukan mawas diri untuk melakukan perbaikan;
18. Prasaja | Seorang pemimpin supaya berpola hidup sederhana, tidak berfoya-foya atau serba gemerlap.

Saturday, October 08, 2011

Si Kancil Kena Batunya

Angin yang berhembus semilir-semilir membuat penghuni hutan mengantuk. Begitu juga dengan si kancil. Untuk mengusir rasa kantuknya ia berjalan-jalan dihutan sambil membusungkan dadanya. Sambil berjalan ia berkata,"Siapa yang tak kenal kancil. Si pintar, si cerdik dan si pemberani. Setiap masalah pasti selesai olehku". Ketika sampai di sungai, ia segera minum untuk menghilangkan rasa hausnya. Air yang begitu jernih membuat kancil dapat berkaca. Ia berkata-kata sendirian. "Buaya, Gajah, Harimau semuanya binatang bodoh, jika berhadapan denganku mereka dapat aku perdaya".

Si kancil tidak tahu kalau ia dari tadi sedang diperhatikan oleh seekor siput yang sedang duduk dibongkahan batu yang besar. Si siput berkata,"Hei kancil, kau asyik sekali berbicara sendirian. Ada apa? Kamu sedang bergembira ?". Kancil mencari-cari sumber suara itu. Akhirnya ia menemukan letak si siput.

"Rupanya sudah lama kau memperhatikanku ya ?". Siput yang kecil dan imut-imut. Eh bukan !. "Kamu memang kecil tapi tidak imut-imut, melainkan jelek bagai kotoran ayam". Ujar si kancil. Siput terkejut mendengar ucapan si kancil yang telah menghina dan membuatnya jengkel. Lalu siputpun berkata,"Hai kancil !, kamu memang cerdik dan pemberani karena itu aku menantangmu lomba adu cepat". Akhirnya mereka setuju perlombaan dilakukan minggu depan.
 
Setelah si kancil pergi, siput segera memanggil dan mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong teman-temannya agar waktu perlombaan nanti semuanya harus berada dijalur lomba. "Jangan lupa, kalian bersembunyi dibalik bongkahan batu, dan salah satu harus segera muncul jika si kancil memanggil, dengan begitu kita selalu berada di depan si kancil," kata siput.

Hari yang dinanti tiba. Si kancil datang dengan sombongnya, merasa ia pasti akan sangat mudah memenangkan perlombaan ini. Siput mempersilahkan Kancil untuk berlari duluan dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana ia sampai. Perlombaan dimulai. Kancil berjalan santai, sedang siput segera menyelam ke dalam air. Setelah beberapa langkah, kancil memanggil siput. Tiba-tiba siput muncul di depan kancil sambil berseru,"Hai Kancil ! Aku sudah sampai sini." Kancil terheran-heran, segera ia mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si siput lagi. Ternyata siput juga sudah berada di depannya. Akhirnya

Si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia selalu muncul di depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal. Ketika hampir finish, ia memanggil siput, tetapi tidak ada jawaban. Kancil berpikir siput sudah tertinggal jauh dan ia akan menjadi pemenang perlombaan.
Si kancil berhenti berlari, ia berjalan santai sambil beristirahat. Dengan senyum sinis kancil berkata,"Kancil memang tiada duanya." Kancil dikagetkan ketika ia mendengar suara siput yang sudah duduk di atas batu besar. "Oh kasihan sekali kau kancil. Kelihatannya sangat lelah, Capai ya berlari ?". Ejek siput. "Tidak mungkin !", "Bagaimana kamu bisa lebih dulu sampai, padahal aku berlari sangat kencang", seru si kancil.

"Sudahlah akui saja kekalahanmu,"ujar siput. Kancil masih heran dan tak percaya kalau a dikalahkan oleh binatang yang lebih kecil darinya. Kancil menundukkan kepala dan mengakui kekalahannya. "Sudahlah tidak usah sedih, aku tidak minta hadiah kok. Aku hanya ingin kamu ingat satu hal, janganlah sombong dengan kepandaian dan kecerdikanmu dalam menyelesaikan setiap masalah, kamu harus mengakui bahwa semua binatang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi jangan suka menghina dan menyepelekan mereka", ujar siput. Siput segera menyelam ke dalam sungai. Tinggallah si kancil dengan rasa menyesal dan malu.
Pesan Moral : Janganlah suka menyombongkan diri dan menyepelekan orang lain, walaupun kita memang cerdas dan pandai.